NEWSWAY.ID, MARTAPURA – Jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Banjar, diawal tahun 2023 cukup tinggi.
Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar mencatat sebanyak 222 penderita DBD dengan dua pasien meninggal dunia, terjadi sejak awal Januari hingga 10 Mei 2023.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar, Yasna Khairina melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Banjar, Linda Yunianti, pada Rabu (10/5/2023).
“Perbandingan kasus DBD dari tahun 2022 dengan 2023 ini peningkatannya sudah cukup kelihatan, pada tahun 2022 jumlahnya sekitar 160 an sementara 2023 awal kita sudah menginjak 222 kasus penderita DBD,” ungkap Linda.
DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh salah satu dari empat jenis virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes Aegypti.
Linda merinci, dari data yang pihaknya punya per kecamatan di Kabupaten Banjar sendiri ada 20 kecamatan yang kalau dijumlah per bulannya yakni Januari 51 penderita, Februari 56 penderita 1 meninggal, Maret 59 penderita dan 1 meninggal, April 48 penderita dan per tanggal 10 Mei 2023 terdapat 8 penderita DBD.
“Dari bulan April ke Mei 2023 Alhamdulillah terjadi penurunan, mudah-mudahan untuk bulan-bulan berikutnya sampai dengan akhir tahun nanti itu tidak lagi terjadi lonjakan seperti Januari, Februari dan Maret 2023 lalu,” tuturnya.
Linda juga mengatakan, kasus DBD di Kabupaten Banjar meningkat karena terjadinya peralihan antara musim panas dengan musim penghujan.
“Kemudian banjir juga mempengaruhi lonjakan DBD, nyamuk DBD ini berkembang biak di tempat-tempat penampungan air bersih di dalam rumah maupun di sekitar lingkungan seperti bak mandi, vas bunga, kaleng bekas dan lainnya,” katanya.
Ia menyebutkan, upaya Dinkes dalam melakukan pencegahan DBD yakni dengan sosialisasi juga imbauan kepada masyarakat untuk melaksanakan gerakan pemberantasan sarang nyamuk secara serentak.
“Itu minimal seminggu sekali dengan kegiatan 3M plus, yakni menguras tempat-tempat penampungan air yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk, yang kedua menutup rapat-rapat tempat penampungan air yang dapat menjadi tempat nyamuk bertelur, kemudian menyingkirkan atau mendaur ulang barang-barang bekas yang bisa menampung air sewaktu musim hujan, lalu plusnya yakni mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk,” jelasnya.
Linda juga menjelaskan, bahwa melakukan fogging kurang efektif, karena fogging ini hanya membunuh nyamuk dewasa tidak untuk jentik.
“Fogging ini adalah solusi terakhir, yang paling menentukan untuk tidak meluasnya demam berdarah yakni dengan 3M tadi, kalau ini sudah dilaksanakan insya Allah tidak akan terjadi lonjakan DBD,” ucapnya.
Adapun, gejala awal DBD yakni mendadak panas tinggi selama 2 hingga 7 hari, tampak lemah juga lesu, timbulnya bintik-bintik merah pada kulit dan sering terasa nyeri di ulu hati.
“Gejala lanjut, kadang-kadang terjadi pendarahan di hidung dan di bawah kulit, kadang terjadi muntah atau berak darah, kemudian bila sudah parah menderita mengalami gelisah, tangan dan kaki dingin serta berkeringat, yang bila tidak segera ditolong dapat menyebabkan kematian,” sebutnya.
Salah seorang warga Kabupaten Banjar Dani mengatakan, meningkatnya kasus DBD di Kabupaten Banjar ini tentunya menimbulkan rasa khawatir, namun juga perlu lebih meningkatkan pola hidup bersih.
“Rasa khawatir pasti ada, tapi kita juga harus melakukan pencegahan dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat, yang pastinya menghindari tempat-tempat yang menjadi sarang nyamuk DBD itu,” pungkasnya.